Bittersweet Goodbye

Hari ini adalah hari terakhir gue bisa liat dia dengan semangatnya berdiri di depan whiteboard itu membicarakan tentang x, y f(x) dan kawan-kawannya. Hari ini hari terakhir gue bisa dengan semangatnya menghampiri meja dosen pas jam kuliah udah abis. Hari ini hari terakhir gue bisa datang satu jam lebih awal di jam kalkulus. Hari ini terakhir… ya hari ini..

Dia datang dengan kemeja biru bergaris dan jeans biru. Itu adalah stelan baju yang paling gue suka. Pas dia pake baju itu auranya bener-bener terpancar, dia bener-bener keliatan bersinar banget. Senyum dia pun keliatan makin indah. Mungkin buat kalian gue ini hiperbola ngejabarinnya. But, that’s what I see. Itu yang gue liat, dan yang gue liat adalah yang gue percaya.

Dia mulai mencoret-coret papan tulis dengan formula-formula integral. Tangannya terlihat begitu lembut. Figur dia terlihat dari belakang begitu gagah. Mata gue gapernah bisa lepas dari dia. Jujur, cuma dia yang gue pikir saat itu. walaupun gue ngerti apa yang dia omongin tapi gue gapeduli. Gue cuma pengen liat dia dan senyumannya, dan gue gak pengen semua itu hilang.

“lembaran yang terakhir itu spesial…”

“yak, siapa yang mau mengerjakan nomor 5?”

“kalian bisa menemukan ada yang aneh di pekerjaannya?”

“Garnies..”

Semua yang dia bilang masih terekam jelas di kepala gue. Suara dia yang khas masih terngiang-ngiang. Wajah lucunya dia sewaktu mengucapkan semuanyapun masih tergambar jelas.

“baiklah jka tidak ada pertanyaan kita sudahi sampai disini, saya mohon maaf….”

Gue nggak mau dia bilang kalimat itu. Dada gue langsung sakit ngedenger kalimat itu. Sakit rasanya.Dia pun berjalan perlahan ke pintu dan… air mata gue mulai keluar, yak! gue sukses menangis di kelas.

Semua yang ngeliat gue mungkin mengganggap gue itu lebai, buang-buang waktu nangis, bodoh, tolol, atau apalah. Tapi ini yang gue rasain, sesak ini yang gue rasain. Mereka nggak bakalan ngerti gimana sakitnya, gimana sedihnya, membayangkan kalau mulai dari hari ini gue nggak bakalan ngeliat figur mungil itu lagi berjalan-jalan di depan gue!!

Akhirnya gue memutuskan untuk merelakan dia. Dia sudah bahagia disana dengan orang-orang yang sangat dia cintai dan sangat mencintai dia. Gue nggak berhak masuk ke dalam kehidupan dia. Dari awal emang gue yang salah jatuh cinta pada seseorang yang tidak akan mungkin gue dapet. Bagi dia sosok gue pasti gakbalan membekas, tapi bagi gue, sosok dia dan perasaan gue bakalan terus gue simpen sebagai memori yang indah di hati gue.. :’)

Thanks for being my spirit, TBK♥

大好きだよ